Slogan tersebut terdengar sangat berapi-api diteriakan oleh salah seorang senior kampus yang begitu bersemangat, hingga membuat ku yang mendengarnya juga ikut semangat. Bagaimana tidak, pada hari itu adalah hari-hari aku harus melalui masa OSPEK ku. Sebagai mahasiswa baru kami mendapatkan banyak cerita-cerita inspirasi, slogan mahasiswa yang penuh semangat dan mempunyai mimpi berjuta dilangit.
Pada saat itu nama mahasiswa begitu diangung-agungkan. Sebagian bilang karena mahasiswa adalah Maha-nya siswa, jadi pangkatnya sudah Maha sudah luar biasa, katanya. Disebutkan juga bahwa Mahasiswa adalah the Agent of Changes. Penggunaan “s” dalam kata “change” di sini, hanyalah ingin menunjukkan bahwa begitu banyak perubahan yang bisa diciptakan mahasiswa, bahkan bapak proklamator kita, Soekarno menyebutkan bahwa ‘Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, sedangkan satu orang pemuda dapat mengubah dunia."
Sungguh luar biasa menurut mereka Mahasiswa itu, tapi pertanyaannya adalah masihkan mahasiswa sebagai agent of change yang dibanggakan itu? Sepertinya tidak lagi. malah kebanyakan mahasiswa yang saya lihat sendiri banyak yang tidak mencerminkan sebagai agent of change. Jangankan begitu banyak perubahan yang bisa diciptakan mahasiswa untuk sekedar membuang sampah pada tempatnya saja tidak bisa.
Menurut salah seorang ilmuwan di LIPI mengatakan bahwa “mahasiswa saat ini seperti ‘mati arang’ atau mudah patah semangat. Kualitas nya dibandingkan dengan mahasiswa dulu juga menurun, ini dikarenakan mereka terlena atau terbuai oleh kemajuan informasi sekarang, seperti internet, yang bisa membuat mereka hanya copy-paste semuanya tanpa bersusah-susah berpikir. Bahkan untuk menganalisis fenomena yang terjadi saja tidak bisa”.
Menurutnya, seharusnya, kemajuan internet itu dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menuntut ilmu, bukan dengan tidak bertanggung-jawab mengcopy semua informasi yang tersedia di internet. Mahasiswa masih harus tetap memiliki budaya berpikir kritis, menulis, berkarya, dan berbicara atas dasar pemikiran dan pendapatnya sendiri. Tidak seperti jaman sekarang yang semuanya hanya plagiat. Saya bertanya,” Tapi pak pastinya tidak semua mahasiswa melakukan plagiat seperti itu” Dia berkata, “ Mungkin Ya, tapi kebanyakan dari mereka ya seperti itu.”Sungguh miris saya mendengarnya, karena saya juga seorang mahasiswa. Suatu ‘tamparan’ besar untuk kita semua.
Edward Shill, juga memposisikan mahasiswa sebagai lapisan intelektual yang memliki tanggung jawab sosial yang khas. Shill menyebukan ada lima fungsi kaum intelektual yakni; mencipta dan menyebar kebudayaan tinggi, menyediakan bagan-bagan nasional dan antar bangsa, membina keberdayaan dan bersama, mempengaruhi perubahan sosial dan memainkan peran politik.
Mahasiswa adalah orang-orang yang di anggap kaum intelek muda yang dipersiapkan dengan segudang ilmu yang di dapat di bangku kuliah untuk memegang kendali negeri ini, dan dengan kemampuan intelektualnya dapat memainkan peran politik dan mengontrol roda pemerintahan, patut dibanggakan saat mahasiswa dulu mampu menggulingkan orang nomor 1 di Indonesia pada masa pemerintahan orde baru. Mahasiswa, jaman dulu pun disegani oleh semua orang. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, suara mahasiswa kini tidak terdengar lagi.
Adam Rachmadani, yang terkenal sebagai mahasiswa dan demonstran dalam salah satu media mengatakan, “pergerakan mahasiswa sekarang seperti bertarung dan saling sikut menyikut antara pergerakan yang satu dan yang lain pergerakan mereka sekarang sudah tidak menyatu lagi dan telah terpecah dan perpecahan itu terjadi karena ulah mereka sendiri. Pergerakan mahasiswa kini lebih mementingkan egoisme institusinya mereka yang sudah memiliki nama besar tidak mau bergerak bersama dengan institusi lain yang memiliki nama besar juga entah egoisme atau gengsi semata padahal pada dasarnya apa yang mereka perjuangkan sama. Mereka lebih sibuk mementingkan golongan mereka semata dari pada mementingkan kepentingan rakyatnya mereka hanya sibuk beradu argument ketika RAKERNAS (rapat kerja nasional) siapa yang bersuara paling lantang dia yang menang dan siapa yang memiliki nama besar dia tidak mau kalah dan ingin selalu pendapatnya di pakai, seperti para wakil rakyat yang kerjanya cuma ribut kalau siding. Mungkin itulah yang menyebabkan salah satunya pergerakan mahasiswa kini tidak ada hasilnya karena mereka hanya mementingkan egoisme semata.”
Dia juga menantang, “Aku hanya ingin menantang kalian bila kalian memang seorang mahasiswa yang perduli terhadap perubahan dan merindukan kebenaran yang sebenarnya, marilah beergerak bersama dari sabang sampai merauke lepaskan almamater kalian buang identitas institusi yang melekat dalam diri kalian demi menghilangakan egoisme dan senioritas golongan kalian, bergerak atas nama PEMUDA. Jika kalian memang sebagai agen perubahan yang independent tanpa tertunggangi muatan apapun.” Dan kita, mampukah menjawab tantangan itu?
Mahasiswa, dengan dibekali segudang ilmu di bangku kuliah, dengan ilmu yang berbeda-beda. Dari ilmu pertanian, kehutanan, kelautan, ekonomi, hukum, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya semoga bisa menuntut ilmu dan mengaplikasikan ilmu yang mereka dengan sebaik-baiknya demi Negeri ini, mengolah sumber daya yang berlimpah di negeri ini, bersama menciptakan masa depan yang cerah untuk negeri ini dan terus mengabdi kepada Nusa dan Bangsa ini.
0 comments:
Post a Comment