Dikompas.com didapat banyak sekali berita krisis air atau kekeringan yang melanda Negara Kita. Berawal dari puncak kemarau tahun ini yang diprediksi oleh BMKG akan terjadi pada pertengahan Agustus mendatang. Tapi nyatanya sampai pertengahan September berita mirisnya kemarau di Negeri ini makin parah.
Seperti Warga Munggugianti, Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang menggantungkan kebutuhan air bersihnya dari kubangan penampung air hujan yang sudah menipis dan berwarna hijau kecoklatan dari kubangan atau kolam buatan berbahan batu dan tanah. Mereka jelas menggunakan air yang tidak selayaknya padahal air bersih adalah kebutuhan dasar manusia untuk makan minum, memasak, mencuci, dan mandi.
Kekeringan ini juga memperburuk pertanian kita. Puso atau gagal panen terjadi di sejumlah wilayah yang tersebar diseluruh Indonesia Di Surabaya, pada periode Agustus 2011 saja lahan padi yang kekeringan seluas 1.453 hektar dan tersebar di sejumlah wilayah, dan terjadi puso atau gagal panen mencapai 36 hektar yang juga tersebar dibeberapa wilayah. Sedangkan di Cirebon Sebanyak 2.100 hektar (ha) sawah puso akibat kekeringan. Padi yang hilang akibat kekeringan di Cirebon itu ditaksir mencapai 10.100 ton. Di Garut, ribuan hektar sawah terancam puso.Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Tatang Hidayat,"Luasan lahan pertanian yang terancam kekeringan mencapai 1.679 hektar, terdapat di 33 kecamatan yang berada di 138 desa. Kerugian mencapai sekitar Rp 1,5 miliar. Hasil panen di Kabupaten Garut mengalami kerugian 436 ton beras,". Di Kabupaten Tasikmalaya, sebanyak 3. 830 hektar dari sekitar 49.000 hektar lahan sawah mengalami kekeringan. Dan, tujuh desa dan satu kelurahan di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, mengalami kekeringan. Sebanyak 6.880 hektar areal pertanian di empat kabupaten di Sulawesi Selatan kekeringan akibat mengalami kemarau berkepanjangan. Juga, sebanyak 89 desa yang tersebar di 14 kecamatan, di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih.
Apakah ini terjadi akibat perubahan cuaca global (global warming) yang berdampak sangat buruk di Indonesia? Mungkin saja. Tapi yang jelas pemerintah perlu menyiapkan dana dan teknologi maju yang mampu menyelesaikan masalah ini. Begitu besar kerugian yang harus dibayar mahal oleh warga akibat kekeringan ini. padahal, Cuaca yang selalu panas terik dan kering ini, menurut Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Hakim Siregar, bisa memicu empat wabah penyakit berbahaya. ”Keempat penyakit tersebut adalah diare, demam berdarah, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan penyakit kulit,” ujarnya. Maka dari itu, sangat diperlukan perhatian besar dari pemerintah mengenai masalah ini. terlebih lagi di permukiman kumuh, juga perlu diperhitungkan oleh pemerintah.
Semoga dana yang dipersiapkan pemerintah sekitar Rp 1,1 triliun, mampu memitigasi risiko kekeringan yang memburuk tahun ini. dan pemerintah juga tidak melupakan dusun-dusun kecil seperti misalnya di gunung kidul, dimana warganya untuk mendapatkan 1 ember air harus berjalan lebih dari 4 kilometer. Bayangkan jika yang mengambil air tersebut adalah kakek-nenek yang sudah tua renta. Dan parahnya, belum ada bantuan dari pemerintah padahal mereka sudah ajukan bantuan air bersih.
Hal ini terus terjadi dari jaman dulu sampai sekarang masih saja belum teratasi masalah kekurangan air ini. Kapan Bangsa ini mau belajar dari masalah kemarin untuk lebih baik lagi hari ini.
0 comments:
Post a Comment