Friday, September 30, 2011 |

kisah romantis kekasih Allah



Malam masih menyisakan napasnya. Bulan masih menggantung dengan setia. Dan bintang, aha, berenang dalam ruang semesta penuh pesona. Demikian juga dengan angin sahara, masih menyisakan tenaga untuk memeluk mimpi-mimpi anak manusia. Dalam keheningannya ini, di salah satu pojok bilik yang sangat sederhana, terdengar suara berbisik. “Wahai humairah istriku, ikhlaskan dirimu jika malam giliranmu ini aku persembahkan untuk beribadah  kepada Allah?”
”Wahai suamiku, Kekasih Allah. Sesungguhnya, (jika menurut kata hati) aku merasa nyaman jika selalu berada disampingmu. Namun, aku ikhlas dengan apa yang engkau sukai. Engkau sangat gemar beribadah kepada Allah. Bagaimana mungkin aku tidak mengikhlaskanmu!” sahut Aisyah lembut.
Sejurus kemudian, pasangan suami isteri agung ini berwudhu. Keduanya pun lalu tegak dalam kesalehan qiyamul lail bak jabal Rahmah yang memancang kuat menembus lazuardi imani. Takbirnya melesat bersama keagungan sang Pencipta. Rapalan firman-firman-Nya bergetar bersama air mata yang memburai berharap rida Zat yang menggenggam ubun-ubun kesadarannya. Begitu juga dengan gerak rukuk  dan sujudnya yang lekat dengan harmoni gerak jagad mayapada. Demikian ikhlas keduanya memenuhi panggilan suci ini. Panggilan untuk menjadikannya lebih mulia dalam menggapai maqamam mahmuda, singgasana kehormatan.
Inilah sepenggal peristiwa malam yang dikisahkan oleh Aisyah r.a kepada Atha’ saat bersama-sama temannya bertandang kerumah ummul mukminat. Cerita yang dituturkan melalui jalur Ibnu Mardawih ini merupakan satu dari sekian kisah mengesankan Rasulullah dalam upaya menghidupkan sisa-sisa malamnya. Tahajud adalah sebuah cerita malam yang telah mewariskan semangat penghambaan (ta’abbud) makhluk kepada Sang Khaliq.
Bahkan, ada kisah lain yang lebih eksotis untuk menjadi renungan bagi pasangan suami isteri yang mengharapkan terjalin hubungan yang lebih intim dan romantic.
Salah satu ciri shalat malam Rasul adalah shalat dengan membaca surat-surat panjang. Ini yang tidak bisa diikuti oleh Aisyah r.a ketika harus menjadi makmumnya. Sering kali ditemukan isteri termuda beliau ini tertidur saat beliau shalat. Dari sini sifat penyayang Al-Musthafa (julukan Nabi Muhammad saw. Yang berarti manusia pilihan)tampak dominan. Alih-alih menasihatinya atau menegurnya, justru dibiarkanlah isterinya tertidur saat dirinya shalat. Bahkan, ada pemandangan indah ketika usai shalat, saat dibacakan doa, kepala isterinya itu kemudian dipindahkan dan diletakan persis di kepala kedua paha beliau. Tertidurlah putri Abu Bakar r.a ini dalam pangkuan kekasihnya itu. ia mulai terbangun saat air mata agung nan sejuk itu menetes pelan di wajahnya.
Subhanallah. Demikian romantisnya pasangan suami isteri dunia akhirat ini. Sekiranya warga muslim di negeri ini mau bermalam bersama amalan Rasulullah dengan mengamalkan kesalehan-kesalehan beliau ini, niscaya kata perceraian yang sering kali hinggap di benak kaum suami maupun isteri tidak akan bermunculan. Bahkan, terlintas pun tidak. Bagaimana mungkin seorang suami akan menjatuhkan talak sementara isteri dengan khusyuk menjadi makmum di belakangnya dan dibiarkan air matanya menitik pelan. Atau, mustahil seorang isteri menggugat cerai, sementara sang suami demikian dominan memberi kasih sayang hatta dalam ketidakmampuan mengikuti ritme salat malamnya.
Sungguh romantic bukan, pasangan dunia-akhirat ini?? Subhanallah…

0 comments: