Friday, September 14, 2012 |

Jatuh Cinta menulis


Jatuh cinta menulis
            Akhirnya, lagi aku dibuatnya jatuh cinta oleh buku. Sebuah buku yang bukan hanya mampu membuka jendela pengetahuan didalam diri kita ke alam yang lebih luas lagi, tetapi juga sanggup menggetarkan hati kita untuk berani menulis (pendapat Soni Farid Maulana, jurnalis Pikiran Rakyat). Akhirnya, saya kembali menulis lagi setelah sekian lama mandeg dari dunia tulis-menulis blog. Yippiie! Semoga saya bisa menemukan hakikat menulis yang sebenarnya, sehingga tidak hanya asal menulis hanya untuk kepuasan jiwa saja.
            Berbicara tentang menulis, saya kutip lagi pendapat Prof. Dr. Siti Musdah Mulis, M.A. seorang cendikiawan muslim, bahwa “menulis adalah kerja manusia yang paling konkret dalam mengubah peradaban manusia. Tingkat kemajuan peradaban sebuah bangsa atau Negara dapat dilihat dari kualitas karya-karya tulis yang dihasilkannya. Menulis juga merupakan ekspresi dari kematangan dan kedewasaan ruhani seseorang”.
            “Aktivitas ‘membaca’, ‘mengajar’ dan ‘menulis’ merupakan Al-Qur’an pertama dan utama sebagai aplikasi keimanan untuk merespon berbagai problem kemanusiaan yang kompleks, mengatasi kekalahan dan kompetisi kehidupan dan meraih nilai-nilai bermakna bersama” (K.H. Maman Imanulhaq).
            Buku ini bertanya kepada kita, lebih memilih mana? Menjadi penulis ‘idealis’, yang menulis dengan nilai-nilai yang diyakininya tetapi jarang jadi best seller. Atau menjadi penulis ‘produktif’, yang rajin ‘berkompromi’ dengan pasar dan mengikuti apa maunya pasar, dan dengan enteng menghasilkan berlusinan buku laris bagaikan kacang goreng (Fransisca Ria Susanti, Redaktur Pelaksana Sinar Harapan).  
Akhirnya, inilah hipotesis yang saya dapat dari pencerahan membaca buku ini (hasil pembahasan yang sesungguhnya diperoleh dari masing-masing individu sendiri, karena menulis adalah hasil pengalaman hidup yang telah dilewati individu tersebut). Mungkin menjadi penulis idealis sekaligus produktif adalah yang terbaik J Buktinya para genius di dunia ini pun memiliki karakter yang sama yaitu memiliki daya produktivitas yang tidak terukur, untuk akhirnya menghasilkan suatu karya yang spektakuker ;
Karakter Genius versi Michael Michalko
Para Genius memiliki karakter berupa produktivitas yang tidak terukur
Nama
Produktivitas Selama Hidup
Karya Monumental
Albert Einstein
Lebih dari 248 dokumen
Teori Relativitas
Mozart
600 karya musik
Beberapa puluh music Mozart
Charles Darwin
119 karya tulis terpublikasikan
Teori Evolusi
Sigmund Fred
330 karya tulis
Psikoanalisisdan Psikoseksual
Abraham Maslow
165 karya tulis
Psikologi humanistic
Rembrandt van Rijn
650 lukisan dan 2.000 gambar
Beberapa puluh lukisan
Pablo Picasso
20.000 lukisan
Beberapa puluh lukisan
Shakespeare
154 soneta
Beberapa drama
Thomas Alfa Edison
1093 karya paten
Bohlam lampu dan fonograf

Selain itu, seorang penulis yang baik juga melahirkan sebuah ide-evolusioner. Seseorang yang menulis tidak tergantung mood, sedang ada ide, sedang happy, sedang enjoy, dsb, tetapi dia mampu menulis sekalipun tidak dalam kondisi kondusif seperti itu namun tetap bisa menghasilkan suatu karya. Proses evolusi itulah yang sangat berguna untuk mengaktifkan produktivitas berkarya kita.
            Buku ini pun (lagi) bagai menjewer kuping saya untuk menghasilkan karya ilmiah seperti skripsi, yang menarik, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri tetapi juga berusaha untuk dapat diterima oleh masyarakat luas karena hasilnya yang kreatif, tidak hanya sebuah replikasi, dupliasi, mutasi dsb.
            And, siapakah buku ini sebenarnya?
            yap! Perkenalkan, dia adalah “Genius Menulis-Penerang Batin Para Penulis”.  Sebuah ungkapan yang paling saya suka, katakanlah:
“Aku dan naskahku adalah dua senyawa kimiawi, pertautan keduanya mengerakan transformasi”.
            Let’s hunt!
             Dengan menulis, sesungguhnya kita sedang menjalankan nalusi manusia yang paling asasi, yakni kebebasan. Dengan kebebasan, kebutuhan kita untuk meraih banyak hal, seperti uang, popularitas, karir atau menyebarkan ilmu pegetahuan, bisa terwujud (Faiz Manshur).
            Mau itu menulis karya ilmiah atau fiksi lakukanlah dengan sepenuh hati. Karena menulis itu baik J