Tuesday, March 29, 2011 |

Fakta salah kelola SDA


FAKTA SALAH KELOLA SDA

artikel dibawah ini saya dapatkan ketika saya ikut suatu acara dari kampus. cukup membuat saya dan mungkin kita semua terhenyak karena begitu kaya nya Indonesia, tapi ternyata sayangnya masih salah dikelola atau belum dikelola secara optimal sehingga rakyat Indonesia yg seharusnya hidup makmur krn kekayaan negeri-nya malah sengasara hidupnya, serba sulitnya hidup yg msh dirasakan oleh banyak rakyat indonesia ini,, menimbulkan  tanda tanya besar sebenanrnya APA YANG SALAH DENGAN NEGERI INI?? check it out..

 
            Potensi SDA yang begitu besar itu belum berhasil mengentaskan seluruh rakyat negeri ini dari kemiskinan. Kita masih punya 21 juta penduduk miskin di Jawa, 8 juta di Sumatera, dan sekitar 8 juta tersebar di pulau-pulau lainnya. Kenyataan sulit hidup bahkan dialami oleh hampir semua warga, termasuk para pegawai negeri sipil dan anggota TNI berpangkat rendah.  Mereka sulit membiayai pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Jadi, kemiskinan sebenarnya tak hanya yang berkategori “miskin” (mustahiq), faktanya mayoritas anak bangsa ini masih “susah hidup” (belum muzakki).
            Kemiskinan adalah akibat dar pembangunan ekonomi yang tidak berhasil. Ekonomi riil tak cukup berkembang dan merata, sehingga tak cukup menyediakan lapangan kerja dan  memenuhi kebutuhan semua orang. Ini semua berasal dari cara pengelolaan SDA yang berbasiskan konsep kapitalis liberal, sekalipun dijalan oleh anak-anak negeri yang secara individu barangkali adalah anak-anak yang soleh dan santun.
            Banyak sekali aturan, konvensi dan tradisi yang justru menghalangi akses anak negeri pada modal, teknologi dan pasar, sehingga mereka ibarat mati kelaparan di lumbung padi.
            Para bankir Indonesia biasa menolak proposal usaha anak negeri, karena tidak punya modal awal atau agunan, sekalipun proposalnnya (yang terkait SDA) sangat prospektif. Ini berbeda dengan bank-bank asing yang siap memodali pengusaha asing yang ingin investasi di negeri ini, karena dapat dipastikan untung besar. Para bankir di negeri ini lebih suka menanam uang mereka di sertidfikat bank Indonesia, surat utang negara, atau berspekulasi di pasar modal. Mereka biasa memperlakukan uang sebagai komoditas, bukan menggunakan  ilmu dan teknologi untuk memberi nilai tambah sumberdaya alam. Bsinis finansial yang “pasti untung” lebih disukai dibandingkan sektor riil yan “beresiko”.
            Contoh, seorang warga Amerika yang menyewa tanah murah di suatu “pantai eksotik” di Nusa Tenggara. Ia membangun 20-an “cottages” tradisional, juga murah. Hasilnya US$ 800-1000 tiap cottages per malam, dan penerimaan total sekurang-kurangnya Rp. 50 milyar per tahun. mahal, sebab yang “dijual” adalah “aset keindahan” yang sangat unik, milik bangsa. Pengusaha untung besar, tetapi kabupaten hanya mendapat pajak kurang dari 1%, dan rakyat Cuma numpang bekerja seperti “budak”, mendapat UMR, dan tetap miskin.
            Di sektor kehutanan atau pertambangan kondisinya lebih miris. Berpuluh juta hektar telah memberikan untung besar bagi pengusaha.
            Di Riau, dengan ijin investasi perkebunan, seorang pengusaha asing langsung untung minmal Rp. 7,4 trilyun setelah mendapat konsesi 20.000 hektar. Menebas habis hutan endapat untung Rp. 400 juta per hektar, sedang membangun kebun hanya Rp. 30 juta per hektar. Jadi dia langsung untung Rp. 7,4 Trilyun, praktis tanpa modal.
            Kondisi ini dimanfaatkan oleh korporasi dunia untuk melobby para politisi negeri ini agar membuat “iklim investasi yang makin kondusif”, berupa aturan atau undang-undang yang membuat mereka makin legal dan bebas mengeruk kekayaan SDA. Walhasil makin hari makin banyak korporasi aing di negeri ini. Dari sektor hulu, seperti pertambangan emas, atau migas hingga hilir seperti pasar retail. Jika ada pengusaha pribumi atau BUMN/BUMD ikut serta, tak sedikit yang harus berhutang ke bank-bank di Luar negeri untuk membayar ahli dan teknologi asing. Sedang anak negeri cukup puas dengan pajak yang dibayarkan korporasi asing itu. Pada saat yang sama, lingkungan kita makin rusak teknologi tidak makin kita kuasai, dan hutang luar negeri kita makin bejibun.
            Pada saat yang sama, melalui pemberitaan maupun acara hiburan di media ditontonkan kepada kita kekusutan birokrasi dan manajemen pemerintahan kita, versus efisiensi birokrasi dan manajemen di negara maju. Hasilnya, kita makin rendah diri pada kemampuan dan produk anak bangsa, dan makin terkagum-kagum pada produk luar negeri.
            Kita secara sadar atau tidak, sedang membiarkan untuk dijajah lagi, langsung atau tidak langsung, melalui undang-undang.                                                                 


Fakta melimpahnya SDA di Indonesia


lagi2 saya tertarik untuk menulis kekayaan dan kecantikan Indonesia. seperti memilih pasangan hidup pastinya kebanyakan kita kalau bisa akan memilih kekayaan dan kecantikan demi kesejahteraan hidup kita.. sejahtera?? yakin negara kita sudah sejahtera?? I think no.. atau paling tidak masih belum..  silahkan baca fakta dibawah ini,, semakin kita tahu,, semoga membuat kita menjadi melek atau sadar akan anugerah yg Tuhan berikan untuk Indonesia, dan membuat kita makin bangga dan intropeksi diri untuk tidak Lagi-Lagi gampang di'bodohi' oleh pihak asing. ..
 
Fakta melimpahnya SDA di Indonesia
            Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah produktif terluas di dunia. Wilayah daratan kita adalah 1,9 juta kilometer persegi (190 ha). Sedang wilayah lautannya termasuk ZEE adalah 5,8 juta kilometer persegi. Wilayah ini terletak di khatuliswa yang kaya sinar matahari, sekaligus di persilangan dua benua dan dua samudera yang menjamn tersedianya curah hujan yang cukup. Walhasil meski luas daratan kita yang tidak sebesar Saudi Arabia, Australia, Canada atau Rusia, namun kita memiliki lebh banyak lahan yang siap diproduktifkan, karena di wilayah ini tidak ada gurun pasir ataupun wilayah kutub yang beku sepanjang tahun.
            Wilayah Indonesia juga wilayah ini tidak ada gurun pasir ataupun wilayah kutub yang beku sepanjang tahun. Selatan pasti melalui perairan indonesia bila akan berdagang ke Asia Timur atau ke pantai barat Amerika. Demikianlah sampa zaman sekarang, ketika kapal-kapal raksasa mengarungi samudra, atau korporasi-korporasi dunia mencari lokasi produksi yang telah dioptimasi dalam jalur transportasi dunia.
            Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang beraneka ragam: potensi hutan, laut, sumber daya mineral, energi. Sebagai ilustrasi sederhana, kita akan coba hitung potensi hutan saja.
Menghitung potensi hutan (kita ambil contoh sedikiiittt saja dr sekian byk kekayaan kita...)
            Bila diasumsikan, jarak rata-rata pohon kayu di hutan kita adalah lima meter (jarak ideal pohon kayu di hutan tanaman industri adalah tiga meter), maka akan kita dapatkan bahwa dalam satu hektar terdapat rata-rata 400 pohon.
            Bila kita terapkan pola hutan lestari, dan pohon baru dipanen setelah 20 tahun, atau setiap tahun cuma 5% jumlah pohon yang dipotong, maka dari 400 pohon ajan dipanen 20 pohon per hektar.
            Bila setiap pohon berusia 20 tahun memiliki volume rata-rata 5 meter kubik kayu dengan hasil netto (harga pasar dikurangi segala biaya) Rp. 200.000,- per meter kubik, maka nilai ekonomisnya menjadi Rp. 1 juta per pohon atau Rp. 20 juta per hektar.
            Luas daratan kita adalah 190 juta hektar, dimana 29% darinya non hutan dan 16% hutan lindung. Sisanya 10% hutan konversi, 14% hutan produksi terbatas, 19% hutan produksi permanen, dan 12% hutan produksi konversi. Pembagian ini dibedakan menurut pola pemanfaatan yang diijinkan. Sementara hutan konservasi tetap dijaga sebagai hutan, hutan konversi lambat laun akan diubah menjadi perkebunan. Jadi hutan yang bisa dimanfaatkan total menempati area sebesar 55% daratan kita atau sekitar 104 juta hektar.
            Dengan demikian, bila pola pemanfaatan hutan menggunakan cara yang paling lestari yaitu setiap tahun hanya dipanen 5% dan itupun menghasilkan revenue sekitar Rp. 20 juta per hektar, maka dari sektor kehutanan saja sudah didiapatkan hasil sebesar Rp. 2080 Trilyun!—suatu jumlah yang cukup fantastis, mengingat APBN Indonesia 2009 saja hanya sekitar Rp. 1000 Trilyun. Dan sekali lagi, pemanfaatan hutan ini lestari!
 Potensi laut
            Sumberdaya laut meliputi sumberdaya hayati (ikan tangkap, ikan budidaya, rumput laut, mangrove), sumberdaya non hayati (mineral yang dapat diekstrak dari air laut, mineral dari bianatang laut seperti mutiara, mineral di bawah dasar laut), sumberdaya energi laut (pasang surut, gelombang, arus, perbedaan suhu air laut dan micro algae yang dapat diolah menjadi biofuel) serta sumberdaya pariwisata bahari.
            Menurut perhitungan departemen kelautan dan perikanan, potensi lestari ikan tangkap kita adalah 6,4 juta ton/tahun. selain itu, terdapat potensi perikanan budidaya berpuluh kali lipat, didarat dan dipesisir kita sepanjang 95.000 kiolometer. Banyak sekali dari pesisir kita yang dapat dikembangkan menjdai kawasan industri mineral laut, energi laut, dan pariwisata bahari.
Potensi mineral
            sebagai wilayah yang terletak di pertemuan empat lempeng tektonik (Indo-Australia, eurasia, Filipina, dan Pasifik), Indonesia punya banyak daerah rawan gempa. Namun disisi lain, gempa rupanya merupakan mekanisme alam untuk mematangkan dan mengangkat mineral yang dibutuhkan manusia.
            Cadangan minyak kita yang siap diproduksi ada 8 milyar barel. Andaikata pengambilan minyak (lifting) kita bisa ideal sekitar 1,2 juta barel per hari, atau 0,438 milyar barel per tahun, maka cadangan itu akan habis dalam 18 tahun. namun para ahli geologi memastikan bahwa cadangan total adalah 86,9 milyar barel, sehingga dengan penerapan teknologi yang tepat, cadangan yang siap diproduksi itu bisa bertahan 198 tahun. gas tersedia 384,7 TSCF (Trillion Standard Cubic Feet) dengan produksi 2,95 TSCF per tahun. batubara tersedia 58 milyar ton, diproduksi 0,132 milyar ton per tahun
Potensi energi
            Wilayah Indonesia sangat kaya sumberdaya energi, baik yang terbarui maupun tidak terbarui. Sumberdaya terbarui mencakup energi surya, enegri panasbumi, energi angin, energi gelombang laut, dan energi air. Sebagai wilayah tropis yang mendapat sinar matahari sepanjang tahun, dengan suatu teknologi yang cerdas (misalnya konstruksi atap rumah berlapis sel surya), sebenarnya di Indonesia tak perlu ada krisis listrik. Sementara itu sebagai negeri dengan 129 gunung berapi, potensi energi panas bumi Indonesia yang sudah dipastikan saat ini berkisar pada besaran 30 GW. Ini lebih besar dari daya terpasang PLN saat ini yang hanya berkisar pada 28 GW. Sedang garis pantai kita yang sangat panjang, terutama yang menghadap ke samudera Hindia, amat potensial untuk energi angin dan gelombang laut yang mencari kesetimbangan. Menurut penelitian, energi arus laut hanya US$ 4 cent/KWh, bandingkan dengan dari BBM yang US$ 7 cent/KWh.         

berikut foto yg saya dapatkan ones more about beauty of Indonesia..
bali

Lombok

Borobudur, Yogyakarta

wayang, budaya


keajaiban dunia,, rare reptile,, komodo

beautiful Sea

beautiful merak bird