Monday, February 23, 2015 |

Sudden Death "Kematian Mendadak" BP REDD+

BP REDD Plus Buka Suara Setelah "Kematian Tiba-tiba" akibat Perpres Jokowi
BP-REDD /DNPI
Melalui Perpres 16 tahun 2015 yang ditandatangani Presiden Jokowi pada 21 Januari 2015, BP-REDD dan DNPI dibubarkan.
Kamis, 29 Januari 2015 | 16:15 WIB

KOMPAS.com - Badan Pengelola REDD+ menghadapi "sudden death" alias kematian tiba-tiba - demikian istilah Heru Prasetyo, Kepala BP REDD+ - setelah terbitnya Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2015 yang diterbitkan Jokowi.

Peraturan tersebut menyatakan bahwa BP REDD+ dan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) dibubarkan. Tugas kedua badan tersebut selanjutnya akan dilaksanakan oleh direktorat jenderal dalam lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Rabu (28/1/2015) dalam pertemuan di Jakarta, Heru buka suara tentang pembubaran badan yang dipimpinnya sekaligus mengungkapkan sejumlah ketidakpastian dan tantangan program REDD+ dengan ketiadaan BP REDD+.

BP REDD+ sendiri dibentuk lewat Peraturan Presiden nomor 62 tahun 2013. Badan yang melaporkan penyelenggaraan REDD+ itu terbentuk setelah dua kali perkembangan embrionya sebagai Satuan Tugas REDD+.

Pembentukan BP REDD+ sesuai dengan Letter of Intent dengan pemerintah Norwegia pada tahun 2010. Indonesia berkomitmen menjalankan REDD+ sementara Norwegia berkomitmen untuk membantu Indonesia dalam pendanaan.

REDD+ berarti reduksi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, plus pengelolaan hutan berkelanjutan dan peningkatan stok karbon. REDD+ digagas pada COP VIII United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali tahun 2010.

Dalam Letter of Intent dengan Norwegia, dinyatakan perlunya lembaga independen yang bertugas menyelenggaran dan mengawasi program REDD+ serta langsung melaporkannya pada presiden.

Berdasarkan hal tersebut, Heru mengatakan bahwa pembubaran atau peleburan BP REDD+ dengan KLHK tidak sesuai dengan kesepakatan. "KLHK tidak memenuhi syarat seperti yang disebutkan dalam Letter of Intent," kata Heru.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bertugas menjalankan pemerintahan dalam lingkungan hidup dan kehutanan. Namun demikian, kementerian bukan lembaga yang secara independen bisa mengawasi program REDD+.

Kesepakatan dalam Letter of Intent tersebut bisa saja dibatalkan namun harus lewat persetujuan kedua belah pihak. Belum diketahui apakah pemerintah Indonesia sudah menghubungi Norwegia.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, mengungkapkan bahwa salah satu alasan pembubaran BP REDD+ adalah mengatasi tumpang tindih dan BP REDD+ pun selama ini banyak memakai tenaga dari kementeriannya.

Dalam pertemuan hari ini, Heru mengklarifikasi pernyataan Siti. "Badan REDD+ sesuai Perpres tahun 2013 hanya diperbolehkan punya 60 karyawan," kata Heru. Untuk menjalankan tugasnya, badan itu pun harus bekerjasama dengan institusi yang lain.

"Jadi agak missinform kalau KLHK mengatakan tenaganya berasal dari Kehutanan. Benar ada dari Kehutanan, tetapi tidak cuma itu cuma itu. Ada dari pertanian dan lainnya," ungkap Heru mengonfirmasi.

Setelah terbitnya Perpres 16/2015 pada 21 Januari 2015 lalu, BP REDD juga masih menghadapi ketidakpastian. Salah satu sebabnya, peraturan peralihan tidak membahas tugas badan tersebut.

"Peraturan peralihan tidak mengatur secara jelas, hanya menyebutkan seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memakunya tetap melaksanakan tugasnya hingga pejabat baru terpilih," kata Heru.

Dengan begitu, ada dua asumsi. Pertama, BP REDD+ bisa tetap menjalankan fungsinya. "Itu yang super optimistic," cetus Heru. Kedua, BP REDD+ tidak ada lagi sehingga semua pejabat dan tugasnya ditiadakan.

Ketidakjelasan lain adalah soal nasib karyawan BP REDD+. Salah satu masalah utamanya, sejumlah pejabat BP REDD+ belum menerima gaji sepeser pun sejak berdirinya badan itu akibat keruwetan administrasi pendanaan.

Di atas semua ketidakjelasan, Perpres sudah tidak bisa dicabut. Heru yang sudah mengirim surat kepada Presiden terkait pencapaian dan program BP REDD+ meyakini bahwa Jokowi sudah membacanya.

"Saya menulis surat 4 halaman. Saya sebutkan apa yang sudah saya sampaikan kepada stakeholder tentang pencapaian dan rencana BP REDD+. Sudah masuk tanggal 20 Januari. Bahwa tanggal 21 Januari presiden tetapkan Perpres, artinya dia sudah inform," katanya.

Yang kemudian menjadi pekerjaan rumah sekarang adalah nasib program REDD+. Heru mengungkapkan, Indonesia punya posisi baik di dunia sebab telah meredefinisi konsep REDD+, bukan hanya fokus pada hutan tetapi juga biodiversitas dan masyarakat.

"Apakah kita akan tetap baik atau kepleset," tanya Heru. Dua langkah telah dilakukan Jokowi dalam pengelolaan hutan dan lingkungan, diantaranya menggabungkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan, serta membubarkan BP REDD+ dan DNPI. Akankah caranya berhasil?

Repost from : http://sains.kompas.com/read/2015/01/29/16153311/artikel-detail-komentar-mobile.html
Monday, February 16, 2015 |

Cerita Mudik - Antara Bekerja dan Bahagia


Too expectation, akhirnya plan To Do mudik kali ini amburadul semua. Mudik isinya shopping, eating, kongkow-kongkow. Actually thats okay. Dapet inspirasi juga dari keluargaku. Dari adikku bagaimana dia bisa konsisten menulis tulisan yang bagus. Ada pengorbanan, perhatian, dedikasi untuk menulis. Dia biasa menulis di tempat yang sepi, beli banyak buku, untuk ngopi sambil nulis di tempat kopi mahal pun dijabanin asalkan tempat itu bisa memberikan inspirasi menulis untuk dia. This is her blog : haninabobo.blogspot.com. dan karakter nya ini sangat mirip dengan bapakku. Seorang penulis sejati, yang banyak menulis tentang sufi, agama, refleksi diri, statistik. Kalau untuk saya dia adalah seorang sufi sejati, yang semakin tawadhu padahal memiliki ilmu yang sangat kaya.

Mudik, saya rasa setiap orang perlu untuk memprioritaskan itu. Dan saya bangga tetap bisa merantau tetapi tanpa meninggalkan waktu berkumpul bersama keluarga. Melalui mudik, saya jadi lebih bersemangat bekerja di tanah rantauan ini, semakin memotivasi saya untuk berhasil, minimal nya aja bisa menjadi lebih baik lagi dari mudik kerumah sebelumnya. Well, saya sangat bangga, saya diberkati oleh keluarga yang sangat menyayangi saya, dan saya tidak perlu bersedih hati jauh dari mereka, karena saya kini adalah pribadi dewasa yang punya kehidupan sendiri, saya memiliki keluarga kecil saya sendiri yang saya  bangun bersama suami tercinta. Saya bangga, bisa mandiri dan banyak mendapatkan pengalaman dan pembelanjaran hidup yang luar biasa dari merantau ini, melihat dan mempelajari kehidupan di tempat lain selain kota asal, saya sangat menikmati proses terus berkembang ini. Dan saya bisa maju satu langkah jika saya bisa membuktikan saya bisa berhasil disini. Minimal cita-citanya bisa buka usaha disini kerja-sama dengan adik saya yang cowok.

Bact to mudik story. Sewaktu masih di Sampit saya berpikir bisa lebih produktif dalam menulis apapun, berkarya, aktif di berbagai event. Tetapi nyatanya ketika sudah merasakan nyamannya rumah, sudah lupa sama kerjaan. Dan kemarin saya baru sadar juga, that life is not always about work and how to be success. Hidup juga menawarkan kebahagiaan. I rememmber How I more happy when I do things slowly, tanpa dikejar waktu, tanpa mengharapkan penilaian atasan, tanpa mengeraskan hati dan fikiran ini memaksakan egois demi mengejar cita-cita dan kesuksesan. Well, keseimbangan hidup juga harus kita pertahankan, antara bekerja dan bahagia.

Dan mulai mudik kemarin. Saya sadar saya adalah pribadi yang berubah. Yang tidak sama dengan saya yang dulu. Yaitu saya adalah seorang isteri dari Fajar Asianoor, yang menanti saya untuk segera berada di sisinya, jadi mulai saat ini, mudik nya gak boleh lama2 ya :p Well, I miss my husband so much, dan senang sekali rasanya malam pertama ketemu suami lagi setelah beberapa hari ditinggal mudik hehe.
Monday, February 2, 2015 |

Tropical Landscape Summit Competition by BP REDD+



Indonesia adalah negara kaya dan merupakan biodiversitas dunia. Tetapi akibat sistem ekonomi konvensional yaitu pola konsumtif, eksploitatif dan ekspensif yang tidak bijaksana, menyebabkan degradasi lingkungan dan deforestasi hutan dan lahan gambut. Hal ini juga memperparah dampak perubahan iklim global. Indonesia hijau dengan sistem ekomomi hijau yang menyeimbangkan ekonomi-lingkungan-sosial secara bersamaan, menjawab permasahan kita yang telah mengeksploitasi sumber daya.
Sejak issue climate change yang mencuat awal tahun 2000-an. Saat itu saya baru lulus SD, saya mengidam-idamkan ada sebuah lembaga yang berfokus pada usaha adaptasi dan mitigasi perubahan iklim ini. Dan lega sekali rasanya BP REDD+ ini bergerak di bidang tersebut. Saya adalah sarjana pertanian, di akhir kuliah saya berfokus pada konservasi dan rehabilitasi lingkungan. Saya menjuarai kompetisi karya tulis ilmiah di bidang konservasi, dan saya yakin untuk mengikuti kompetisi yang diadakan BP REDD+ ini. Semoga saya salah satu pemuda yang beruntung untuk berpartisipasi di pertemuan tingkat tinggi ini. saya memiliki strong passion di bidang lingkungan and my background education mendukung itu. Semoga lebih banyak pemuda yang peduli dan dapat memberikan aspirasi dan partisipasinya untuk lingkungan yang lebih baik, untuk Indonesia khususnya, untuk dunia umumnya. Batas akhir pengiriman essay jatuh pada tanggal 1 februari 2015, and I hope for the best. I want to have connection with government, private sector and environment institution whom have same passion with me, effort to reduction and mitigation of climate change.