Thursday, January 19, 2012 |

Air Asam Tambang Batubara, Cerita Magang



Meski nilai magang akhirnya cuma B, waktu magang yg lebih lama 2 bulanan lebih (padahal waktuny cm harus sebulan), agak berat tentang pertambangan, gak dibayar padahal ongkos pp Jtnangor-Bandung setiap hari, rela bangun subuh2 dan langsung berangkat magang ke LIPI GEOTEKNOLOGI BANDUNG dengan udara pagi yang dingin menggigit sebulan pertama, kejar2an antara waktu magang dengan waktu kuliah yang sudah dimulai dibulan kedua, belum lagi sluruh biaya tenaga buat selesein laporan. Ah semua pun serba hitung2an gini kalo hasil yg kita dapet ga muasin, kalo muasin kan terbayar semua.. tp dg semua perasaan ‘nyesek’ ini, ini wajib ditulis!
Saya magang di LIPI GEOTEKNOLOGI BANDUNG. Tertanggal dari 2 Agustus 2011 sampai 2 Oktober 2011. Jadwal yang agak ngaco sebenernya karena ada misscommunication, but i think it’s okay, saya bertekad waktu itu untuk berusaha keras melakukan semua tugas magang walaupun bisa dibilang berat, karena ini adalah masalah baru, yaitu tentang AIR ASAM TAMBANG BATUBARA KALIMANTAN. Seem interesting! Walaupun agak gak nyambung karena saya adalah mahasiswi pertanian yg minat ilmu tanah tapi saya akan tetap semangat menerjang segala hambatan yg ada (ini beneran sesemangat ini!).
Preface
Dalam kegiatan magang ini kami melakukan penelitian tentang Air Asam Tambang dari batubara yang perlu ada lebih banyak lagi penelitian mengenai itu mengingat berbahaya nya Air Asam tambang untuk lingkungan. Pada penelitian mengenai Air Asam Tambang ini, menggunakan dua cara yaitu static tests dan kinetic test yang pada akhirnya dapat disimpulkan apakah sample tanah dari daerah Kalimantan Timur ini berpotensi membentuk Air Asam Tambang atau tidak.
Pembentukan Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan “acid mine drainage (AMD)” atau “acid rock drainage (ARD)” terbentuk saat mineral sulphida tertentu yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimana terdapat air dan oksigen (sebagai faktor utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam. Hasil reaksi kimia ini, beserta air yang sifatnya asam, dapat keluar dari asalnya jika terdapat air penggelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang lazimnya disebut dengan istilah AAT tersebut. 
Berdasarkan hal tersebut diatas, apabila AAT keluar dari tempat terbentuknya dan masuk ke sistem lingkungan umum (diluar tambang), maka beberapa faktor lingkungan dapat terpengaruhi, seperti: kualitas air dan peruntukannya (sebagai bahan baku air minum, habitat biota air, sumber air untuk tanaman, dan sebagainya); kualitas tanah dan peruntukkanya (sebagai habitat flora dan fauna darat), dan sebagainya.               
AAT terbentuk karena selama proses penambangan, mineral sulfida teroksidasi oleh oksigen menjadi asam sulfat yang terlarut ke dalam air. Karakteristik kimia terbentuknya AAT, yaitu:
1.       Nilai pH yang rendah
2.       Konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium, mangan, cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan merkuri
3.       Nilai acidity yang tinggi (50 - 1500 mg/L CaCO3) 
4.       Nilai keasaman/sulphate yang tinggi (500 - 10.000 mg/L 
5.       Nilai salinitas (1 - 20 mS/cm) 
6.       Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah
Method:
Prediksi dan identifikasi pembentukan AAT dapat dilakukan melalui penyelidikan karakter geokimia dari batuan. Dikenal ada dua cara untuk hal tersebut, yaitu melalui static test dan kinetic test. 
Static test meliputi analisis; Preparasi Sampel Batubara & Drying Proces, Sub-grading sample/crushing, Analisis Total Sulfur, Analisis MPA (Maximum Potential Acid), Analisis ANC (Acid Neutrealising Capacity), Pengukuran pH dan EC, dan Menentukan jumlah organik karbon.
Selanjutnya, untuk mengetahui lebih detail kemungkinan pembentukan AAT, dilakukan kinetic test yang umum dilakukan dengan menggunakan kolom. Kondisi basah dan kering diterapkan terhadap batuan pada kolom, dan perubahan nilai parameter kualitas air yang keluar dari kolom tersebut dianalisa untuk mengetahui perilaku atau trend pembentukan AAT nya. Namun, karena adanya keterbatasan waktu, kinetic test ini tidak bisa dilakukan.
Result:
Sample berasal dari PT. Pancaran Surya Abadi, Kalimantan, Indonesia. Yang akan diuji dalam penelitian ini apakah berpotensi membentuk air asam tambang. Terdapat 12 sample, dengan perbedaan kedalaman, pengujian dilakukan dengan dua kali ulangan.
Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, dilihat dari hasil static test, seperti; analisis total sulfur, MPA, ANC, pH, % organik karbon, dan NAPP, beberapa sample yang diteliti pada kegiatan magang ini berpotensi membentuk air asam tambang (AAT). Sedangkan untuk kinetik test belum bisa dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama sehingga belum bisa didapatkan apakah sample yang kita teliti ini termasuk potential acid forming (PAF), non acid forming (NAF), atau uncertain (UC).
Reclamation:
Lahan bekas tambang terutama dengan penambangan sistem terbuka (open pit mining) mempunyai sifat yang buruk untuk pertumbuhan tanaman/vegetasi. Sifat fisik tanah sudah sangat buruk; tekstur tanah didominasi oleh pasir berkerikil dengan permeabilitas sangat cepat, kapasitas menahan air kurang dari 20%. Bila tekstur tanahnya liat berlumpur maka permeabilitasnya sangat lambat sehingga sering tergenang air. Kemasaman tanah sangat bergantung pada bahan induk tanahnya. Kandungan hara seperti N, P, K sangat rendah serta aktivitas biologi tanah pun sangat rendah. Hampir tidak ada tanaman yang dapat tumbuh baik disitu. Kemiringan lereng berkisar dari 5-25%.
Lahan bekas penambangan menyebabkan lahan rusak dan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar (misal akibat adanya pengaruh air asam tambang batubara), maka diperlukan upaya reklamasi lahan bekas penambangan. Teknik reklamasi yang diperlukan agar lahan bekas penambangan dapat dimanfaatkan misal untuk kegiatan pertanian sangat tergantung pada keadaan biofisik lahan bekas tambang. Namun secara umum reklamasi dapat dilakukan melalui kegiatan modifikasi lapisan atas tanah, penutupan puing tanah yang rusak, stabilisasi lahan dan pengembalian produktivitas lahan.
Walaupun saya sebenarnya masih tidak terima, this is not fair! Nilai yang saya dapat dengan usaha+ biaya yang telah saya lakukan (kalo saya boleh sirik dengan teman se-magang saya, yang hanya melakukan setengah analisis dari yang saya lakukan, atau teman2 lain yang banyak santai dan makan gaji buta di tempat kerja, but they got an A!). But, it’s oke, ilmu dan pengalaman ini semoga berarti untuk bekal masa depan saya J amin..

4 comments:

Yuyus said...

sabar ya jeng, kan meskipun dapet nilai B tapi manfaat yang dirasakan cukup besar, dan pengalaman yang sangat bagus. Kebetulan saya juga lagi belajar ttg ARD ini karna berhubungan dengan pekerjaan saya.
yuyus geo_unpad '06

Fani said...

iya teteh makasih ya,salam kenal,tetep semangat nih penelitian yg keren dan bermanfaat! haaha. fani agrotek_unpad'08 :D

Unknown said...

ka. kebetulan penelitian saya tentang air asam tambang. mw tanya nih ka. satuan dari pentuan KPA air asam tambang itu kan Kg H2SO4/ton batuan. pertanyaan saya. kenapa digunakan satuan yang itu ka? apakah dari penurunan rumusnya atau apax kaka? makasih kaka :)

Fani said...

Seperti di judul, cerita magang, jadi sebenernya baru cuma sebatas cerita aja.kebetulan pekerjaan saya sekarang pun bukan bergerak dibidang AAT.mohon maaf banget ya jwbnya ga memuaskan.