Jatuh cinta menulis
Akhirnya, lagi aku dibuatnya jatuh
cinta oleh buku. Sebuah buku yang bukan hanya mampu membuka jendela pengetahuan
didalam diri kita ke alam yang lebih luas lagi, tetapi juga sanggup
menggetarkan hati kita untuk berani menulis (pendapat Soni Farid Maulana,
jurnalis Pikiran Rakyat). Akhirnya, saya kembali menulis lagi setelah sekian
lama mandeg dari dunia tulis-menulis
blog. Yippiie! Semoga saya bisa menemukan hakikat menulis yang sebenarnya,
sehingga tidak hanya asal menulis hanya untuk kepuasan jiwa saja.
Berbicara tentang menulis, saya
kutip lagi pendapat Prof. Dr. Siti Musdah Mulis, M.A. seorang cendikiawan
muslim, bahwa “menulis adalah kerja manusia yang paling konkret dalam mengubah
peradaban manusia. Tingkat kemajuan peradaban sebuah bangsa atau Negara dapat
dilihat dari kualitas karya-karya tulis yang dihasilkannya. Menulis juga
merupakan ekspresi dari kematangan dan kedewasaan ruhani seseorang”.
“Aktivitas ‘membaca’, ‘mengajar’ dan
‘menulis’ merupakan Al-Qur’an pertama dan utama sebagai aplikasi keimanan untuk
merespon berbagai problem kemanusiaan yang kompleks, mengatasi kekalahan dan
kompetisi kehidupan dan meraih nilai-nilai bermakna bersama” (K.H. Maman
Imanulhaq).
Buku ini bertanya kepada kita, lebih
memilih mana? Menjadi penulis ‘idealis’, yang menulis dengan nilai-nilai yang
diyakininya tetapi jarang jadi best
seller. Atau menjadi penulis ‘produktif’, yang rajin ‘berkompromi’ dengan
pasar dan mengikuti apa maunya pasar, dan dengan enteng menghasilkan berlusinan
buku laris bagaikan kacang goreng (Fransisca Ria Susanti, Redaktur Pelaksana
Sinar Harapan).
Akhirnya,
inilah hipotesis yang saya dapat dari pencerahan membaca buku ini (hasil
pembahasan yang sesungguhnya diperoleh dari masing-masing individu sendiri,
karena menulis adalah hasil pengalaman hidup yang telah dilewati individu
tersebut). Mungkin menjadi penulis idealis sekaligus produktif adalah yang
terbaik J Buktinya para genius di dunia ini pun
memiliki karakter yang sama yaitu memiliki daya produktivitas yang tidak
terukur, untuk akhirnya menghasilkan suatu karya yang spektakuker ;
Karakter Genius versi Michael Michalko
Para Genius
memiliki karakter berupa produktivitas yang tidak terukur
|
||
Nama
|
Produktivitas
Selama Hidup
|
Karya
Monumental
|
Albert Einstein
|
Lebih dari 248
dokumen
|
Teori
Relativitas
|
Mozart
|
600 karya musik
|
Beberapa puluh
music Mozart
|
Charles Darwin
|
119 karya tulis
terpublikasikan
|
Teori Evolusi
|
Sigmund Fred
|
330 karya tulis
|
Psikoanalisisdan
Psikoseksual
|
Abraham Maslow
|
165 karya tulis
|
Psikologi
humanistic
|
Rembrandt van
Rijn
|
650 lukisan dan
2.000 gambar
|
Beberapa puluh
lukisan
|
Pablo Picasso
|
20.000 lukisan
|
Beberapa puluh
lukisan
|
Shakespeare
|
154 soneta
|
Beberapa drama
|
Thomas Alfa
Edison
|
1093 karya
paten
|
Bohlam lampu
dan fonograf
|
Selain
itu, seorang penulis yang baik juga melahirkan sebuah ide-evolusioner.
Seseorang yang menulis tidak tergantung mood,
sedang ada ide, sedang happy, sedang enjoy, dsb, tetapi dia mampu menulis
sekalipun tidak dalam kondisi kondusif seperti itu namun tetap bisa menghasilkan
suatu karya. Proses evolusi itulah yang sangat berguna untuk mengaktifkan
produktivitas berkarya kita.
Buku ini pun (lagi) bagai menjewer kuping saya untuk menghasilkan
karya ilmiah seperti skripsi, yang menarik, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan
saya sendiri tetapi juga berusaha untuk dapat diterima oleh masyarakat luas
karena hasilnya yang kreatif, tidak hanya sebuah replikasi, dupliasi, mutasi
dsb.
And,
siapakah buku ini sebenarnya?
yap! Perkenalkan, dia adalah “Genius Menulis-Penerang Batin Para Penulis”. Sebuah ungkapan yang paling saya suka, katakanlah:
yap! Perkenalkan, dia adalah “Genius Menulis-Penerang Batin Para Penulis”. Sebuah ungkapan yang paling saya suka, katakanlah:
“Aku dan naskahku adalah dua senyawa
kimiawi, pertautan keduanya mengerakan transformasi”.
Let’s hunt!
Dengan menulis, sesungguhnya kita sedang
menjalankan nalusi manusia yang paling asasi, yakni kebebasan. Dengan
kebebasan, kebutuhan kita untuk meraih banyak hal, seperti uang, popularitas,
karir atau menyebarkan ilmu pegetahuan, bisa terwujud (Faiz Manshur).
Mau itu menulis karya ilmiah atau
fiksi lakukanlah dengan sepenuh hati. Karena menulis itu baik J